Indeks

Dipukul KO dan Sabuk Juara Lepas

Legenda Tinju Indonesia Ellyas Pical bercerita tentang lawan terberat di sepanjang karier demi mempertahankan sabuk juara dunia.
Jakarta, CNN Indonesia

Legenda Tinju Indonesia Ellyas Pical bercerita tentang lawan terberat di sepanjang karier demi mempertahankan sabuk juara dunia.

Mantan atlet tinju kelahiran Saparua, Maluku Tengah itu masih ingat betul saat kesulitan menghadapi petinju Thailand, Khaosai Galaxy.

Petinju berjulukan The Exocet itu menantang Galaxy di Stadion Utama Senayan, 28 Februari 1987 silam. Kala itu, Ely kalah KO pada ronde ke-14 dan mengalami luka sobek di pelipis kanannya. Itu membuat Ely harus merelakan sabuk gelar juara dunia IBF direbut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Lawan paling berat itu [Khaosai] Galaxy saja, kalau semua petinju di Asia lainnya saya tidak kasih lewat habis semua. Kelebihan Galaxy itu pintar mencari kelemahan lawan, karena dia dasarnya muay thai, dia mampu bertahan dan sulit dijatuhkan,” ucap Ely, sapaan akrabnya dalam tayangan CNN Heroes.

Selama karier profesionalnya, Ely sudah terlibat dalam 26 pertarungan. Ia menerima lima kekalahan termasuk saat melawan Khaosai Galaxy dan Caesar Polanco.

Juara dunia kelas super terbang 1985 itu juga menceritakan, seorang petinju harus tahan banting. Cara yang efektif menurut Ely adalah dengan dihantam pukulan bertubi-tubi saat berlatih.

“Saat latihan itu saya dipukuli makanya jadi pesek hidung saya ini. Mau jadi atlet, mau jadi petinju harus benar cara pukulnya supaya bisa jadi juara,” kenang Ely.


Selain tahan banting, Ely juga memberi tips cara melayangkan pukulan yang benar. Menurutnya, jab yang benar adalah dengan merentangkan tangan sejauh mungkin ke arah target.

“Tidak boleh ditahan [tangannya], kalau ditahan pukulan tidak keras, petinju sekarang tidak ada yang bisa [mengalahkan] KO, pukulannya itu harus kuat,” ujar Ely.

[Gambas:Video CNN]

(ikh/jun)






Sumber: www.cnnindonesia.com

Exit mobile version