Indeks

Beda ‘Nasib’ Wasit Liga Jepang Dibanding Indonesia: 100 Persen Fokus

Anggota Komite Wasit PSSI Jimmy Napitupulu membeberkan nasib wasit profesional di Jepang dan Indonesia berdasarkan cerita Yoshimi Ogawa.
Jakarta, CNN Indonesia

Anggota Komite Wasit PSSI Jimmy Napitupulu membeberkan nasib wasit profesional di Jepang dan Indonesia berdasarkan cerita Yoshimi Ogawa.

Ogawa adalah wakil ketua Komite Wasit PSSI. Pria asal Jepang ini sengaja didatangkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas wasit-wasit Indonesia.

Menurut Jimmy, status wasit profesional di Jepang dan Indonesia sangat berbeda. Ini tak hanya terkait dengan gaji yang didapat setiap memimpin pertandingan, tetapi soal kontrak resmi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seseorang yang menjadi wasit di Liga Jepang akan mendapat kontrak yang membuatnya 100 persen fokus sebagai pemimpin pertandingan.

“Nah, profesional itu bukan pengertiannya masalah uang. Jadi, kalau di Jepang profesional kerjanya itu selama setahun dia dikontrak adalah untuk wasit saja, tidak ada pekerjaan lain,” kata Jimmy.

“Misalnya dia seorang guru, otomatis dia apabila tanda tangan kontrak untuk satu tahun [melepaskan statusnya sebagai guru] setelah terpilih dari banyak wasit,” ujar mantan wasit FIFA ini.

Saat ini wasit profesional di Jepang ada 14 orang. Mereka ini adalah orang-orang terpilih yang diseleksi secara ketat untuk memimpin pertandingan kompetisi kasta tertinggi.

“Dia harus hentikan pekerjaan dia sebelumnya untuk total menjadi wasit selama dia dikontrak satu tahun itu. Jadi mereka hanya ditempatkan di satu kota, di Tokyo misalnya,” katanya.

“Mereka dari Senin-Selasa apa pekerjaannya itu sudah ketahuan. Senin, habis pertandingan hari Sabtu atau Minggu, mereka evaluasi Senin. Kemudian Selasanya apa? fitness, gym, renang untuk preparation dia,” ujarnya.




Setelah itu para wasit ada kelas khusus pada Rabu dan Kamis untuk membahas pertandingan yang telah berlangsung. Mereka juga menyaksikan secara bersama tim yang akan dipimpin berikutnya.

“Kemudian taktik apa yang dipakai oleh klub, oleh pelatih klub 3-5-2, 4-4-2, sehingga mereka tahu kalau dengan pola 3-5-2, di mana banyak bola akan mengalir sehingga mereka bisa reading the game,” ujarnya.

“Ketika mereka pakai pola 3-5-2 misalnya dari sayap serangan, otomatis mereka sudah tahu. Oh, ini pasti ke sana, nah itu gunanya. Jadi jauhlah, masih jauh sama kita. Makanya kita step by step.”

[Gambas:Video CNN]

(abs/nva)



Sumber: www.cnnindonesia.com

Exit mobile version