Timnas Indonesia Harus Berkaca dari Kegagalan Singapura dan Filipina

Singapura dan Filipina pernah gagal dengan program naturalisasi yang pantang diulangi oleh Timnas Indonesia.


Jakarta, CNN Indonesia

Pengamat sepak bola nasional Mohamad Kusnaeni mengingatkan PSSI untuk tidak larut dalam euforia pencapaian Timnas Indonesia saat ini.

Untuk sementara Timnas Indonesia menempati peringkat kedua klasemen Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026. Indonesia mengoleksi tujuh poin dari empat pertandingan.

Dengan satu kemenangan dari dua pertandingan tersisa, Indonesia akan melaju ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Artinya pula tiket ke Piala Asia 2027 sudah di kantong.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pencapaian ini membuat publik bersuka cita. Penampilan skuad Garuda, yang diisi empat pemain keturunan baru hasil naturalisasi, diyakini akan membuat Timnas Indonesia makin kuat.

Kendati masa depan cerah Timnas Indonesia itu tergambar, Kusnaeni mengingatkan PSSI. Pasalnya ada Singapura dan Filipina yang pernah sukses dengan naturalisasi, kemudian nyungsep.

“Kasus Singapura maupun Filipina, kegagalan mereka adalah hanya mengandalkan naturalisasi, tetapi tidak mengembangkan kompetisi domestik,” kata Kusnaeni kepada CNNIndonesia.com.

“Kompetisi Singapura dan Filipina tidak banyak berkembang. Beberapa tahun terakhir tidak lebih baik dari negara ASEAN. Prestasi klub Singapura dan Filipina juga masih di bawah,” ujarnya.

Momentum berprestasinya tim nasional Singapura yang ditandai gelar juara Piala AFF dan Filipina jadi tim berperingkat satu ASEAN di FIFA, hilang karena salah penyikapan dari federasi.

“Harusnya dibarengi peningkatan kompetisi domestik, karena Timnas itu tidak mungkin hanya mengandalkan pemain-pemain naturalisasi. Event di Asia Tenggara itu banyak,” katanya.

“Pemain naturalisasi juga terbatas untuk membela Timnas. Paling hanya di Kualifikasi Piala Dunia atau Piala Asia. Kalau cuma Piala AFF atau SEA Games kan tidak dilepas klub,” ujar Kusnaeni.

Karena itu lelaki yang biasa disapa Bung Kus ini meminta semua pihak sadar akan bahaya yang mengintai jika hanya mengandalkan program naturalisasi untuk Timnas Indonesia.

Pilihan PSSI menaturalisasi pemain-pemain berdarah Indonesia dengan usia muda dinilai sudah benar. Hanya saja persoalan dalam negeri jangan sampai terabaikan.

Menurut Kusnaeni, kompetisi sepak bola Indonesia lebih punya potensi menjadi salah satu yang terbaik di Asia dibanding negara ASEAN lainnya. Untuk ini PSSI harus bekerja keras.

Oleh sebab itu terus meningkatkan kualitas kompetisi menjadi sebuah kewajiban. Pada saat yang sama PSSI juga diimbau terus melakukan pembinaan pemain usia muda.

“Kita harus mengembangkan kompetisi domestik, Liga 1, supaya lebih berkualitas. Muara tentu dari pembinaan usia muda, kompetisi usia muda. Kita kembangkan itu tidak boleh tidak.”

“Kalau tidak, akan mengalami seperti Singapura dan Filipina. Apa yang dialami dua negara ini harus menjadi pelajaran, supaya nanti jangan sampai kita mengalami hal yang sama,” katanya.

[Gambas:Video CNN]

(abs/jal)



Sumber: www.cnnindonesia.com